Terpasung selama 3 sampai 4 hari. Yup, hal itulah yang mungkin dirasakan oleh mereka yang mengikuti UN (ujian nasional). Bagaimana tidak, selama 3-4 hari para siswa-siswi sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas harus melewati hari-hari menegangkan. Hal itulah yang saya dengar ketika berbicara dengan teman-teman saya yang kebetulan baru saja menyelesaikan ujian nasional tingkat SMA.
Stres tingkat dewa, begitulah gambaran yang bisa saya tangkap dari obrolan ringan di sebuah rumah kopi yang berada di jalan Boulevard Manado. Terkurung selama berari-hari ditambah penundaan penyelenggaraan ujian nasional di 11 provinsi termasuk di Sulawesi Utara tentu saja memberi imbas terhadap mental dari mereka yang akan mengikuti ujian nasional. Belum lagi dengan nilai kelulusan yang semakin tinggi yang ditetapkan oleh pihak Kementrian Pendidikan semakin menambah panjang kekuatiran dari para peserta ujian nasional.
Memang kalau saya pikir-pikir ujian nasional sebagai patokan kelulusan seorang siswa sangatlah tidak fair. Bagaimana tidak? Hasil/proses belajar yang dilakukan oleh para siswa hanya ditentukan/diukur dari yang namanya ujian nasional. Saya sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Gubernur Jakarta pak Joko Widodo bahwa tidaklah fair jika kelulusan dikukur dari UN.
Manusia itu masih banyak kelemahan, kita tidak tahu kapan kita akan mengalami musibah. Bagaimana jika peserta ujian nasional terkena musibah (misalnya sakit) sebelum dan selama ujian nasional berlangsung? Apakah fair jika dia dieksekusi dan dinyatakan tidak lulus hanya karena keadaannya selama UN berlangsung? Saya merasa kasihan melihat berita di TV yang menayangkan beberapa siswa-siswi mengikuti ujian nasional di RS bahkan dengan kondisi tubuh sedang diinfus.
Seharusnya para pengambil kebijakan berpikir matang, menjenguk mereka yang sakit saja tidak bisa sembarang jam,,, kenapa bisa-bisanya yang dirawat di rumah sakit bahkan sedang terpasang infus sekalipun DIPAKSAKAN mengikuti ujian nasional? Apakah ini yang namanya KEADILAN? Adakah yang memperhatikan mereka?
Mengharapkan sifat kritis dan perhatian dari para wakil rakyat kita yang sedang duduk di kursi empuk senayan saat ini mungkin tidaklah pas dikarenakan mereka saat ini juga tengah sibuk dengan urusan pencalonan kembali.
Saya teringat akan kejadian beberapa waktu lalu yakni kasus penyerangan kopassus di Cebongan Yogyakarta. Setelah terungkap siapa dalang kejadian tersebut, para pimpinan TNI mulai dari komandan regu 2 hingga pimpinan Kopassus langsung mengaku siap bertanggung jawab atas kejadian tersebut dan mempertanggung jawabkan perilaku anak buahnya walaupun para pimpinan ini tidak memerintahkan/terlibat dalam eksekusi maut yang sempat menghebohkan seluruh Indonesia.
Buruknya penyelenggaraan UN tahun ini, belum satu kalipun saya mendengar ada pimpinan yang secara kesatria langsung menyatakan BERTANGGUNG JAWAB dan bersedia menerima KONSEKUENSI apapun atas carut marutnya ujian tahun ini. Bukannya berkata bertanggung jawab mereka malah melemparkan kesalahan kepada pihak lain. Mungkin ada baiknya setiap mereka yang akan menjadi pimpinan dinegeri ini harus digembleng dulu di Kopassus agar punya TANGGUNG JAWAB….
Saya kira ada nilai plusnya dengan diselenggarakannya un ini. Dilihat Dari segi penyelenggaraan memng sangat tidak objektif seperti tulisan ada artikel ini. Namun dengan diselenggarakan UN siswa Siswa ini bisa lebih kompeten. Dengan adanya UN siswa dapat lebih memperhatikan pembelejarannya. Dan juga dengan Un bisa menjadi patokan tingkat kepintaran siswa siswi. Yang menurut saya yang hrus diubah adalah sistemnya yang mematok nilai kelulusan. Karena dengan pematokan ini yang menyebabkan terjadinya banyak kecurangan dan ketidakadilan.
kunjungan balik niy
UN sebenarnya so bagus
maa depe manageman yg amit-amit ini noh bekeng sowe
Makasih untuk kunjungan baliknya ibu dokter… Jang bosan-bosan pasiar kamari ne…
Sebenarnya UN skr ini bukan lagi penentuan kelulusan. Nilai sekolah sang siswa itu juga dihitung alias diakomodasi lalu ditambah nilai UN. Jadi sebenarnya cukup fair. Beda dengan yang dulu 100% menggantungkan nasibnya pada nilai UN
wah lama nih ga nongol di mari
🙂
liat liat dulu yah gan x aja ada artikel yang bagus..
jaman saya sekolah dulu UN itu kesanya mengerikan banget mas, menunggu UN sama rasanya kaya menunggu hari penghakiman 🙁
hidup kopassus.. memang indonesia perlu pemimpin seperti itu..
berani dan tegas…
makasih buat pendapatnya… 🙂
bukan terpasung sebenarnya kalau menurut saya, kita di tuntut untuk konsentrasi belajar thanks atas infonya sangat bermanfaat sekali salam kenal aja…..!
bener gan UN kali ini gak jelas bikin pusing
mudah mudahan tidak terulang yang ke 2x gan kita berharap ada perubahan pada UN yang akan datang tentunya perubahan yang lebih baik
kasihan anak siswa gan terbelnggu UN . semoga pemerintah bisa lebih bijak dan memperbaiki UN yang akan datang amin.
kasihan juga ya gan siswa yang UN tercecer ha ha … pemerintah harus lebih bijak lagi
kasian juga ya gan…
Jadi inget waktu sekolah,Saat melaksanakan hari pertama UN tegang banget
mudah mudahan UN kali ini berjalan dengan lancar ya gan
sebentar lagi UN gan semoga saja tidak seperti tahun kemarin carut marut tertunda engga jelas
sebentar lagi UN gan, yang pasti mah kudu sukses jangan di tunda tunda