Tidak terasa kita sudah berada di penghujung bulan Januari tahun 2025 ini. Rasanya seperti baru minggu yang lalu kita merayakan tahun baru. Tapi itulah hidup, memang singkat adanya. Masa hidup manusia di dunia terbatas. Perumpamaan yang diceritakan Yesus juga menyiratkan hal tersebut. Siapa pun dan apa pun kedudukannya, orang kaya maupun orang miskin akan meninggalkan dunia ini bila sudah tiba ajalnya. Namun kematian di dunia yang fana ini bukanlah akhir bagi manusia, sebagaimana tergambar dalam Injil Lukas 16:19-31.
Perumpamaan yang diceritakan Yesus ini tentu saja berhubungan dengan keadaan sosial dan keagamaan yang terjadi di tengah masyarakat Yahudi pada saat itu. Ada dua sosok dari pembacaan kita tadi yaitu orang kaya dan ada orang miskin. Namun yang hendak disorot oleh Yesus adalah gaya hidup seorang kaya yang sehari-hari hidup dalam kesenangan dan kemewahan namun tidak peduli dan tidak berbuat apa-apa untuk menolong orang yang sangat miskin dan menderita, yang selalu dilihatnya.
Dari pakaian yang dikenakannya; jubah ungu yang mahal, orang kaya itu mempunyai kedudukan penting. Pada saat itu orang yang memakai baju ungu dengan kain halus (sutra) yang berharga sangat mahal hanya digunakan oleh raja atau para bangsawan. Itu artinya, orang kaya itu semestinya lebih memiliki kesadaran untuk berbuat sesuatu terhadap sesama yang benar- benar membutuhkan pertolongannya.
Memang orang kaya itu tidak mengusir pengemis yang datang mendekat kepadanya yang menunggu sisa-sisa makanan yang dibuang dari meja makannya. Namun kenyataannya bahwa orang kaya itu tidak memberi perhatian secara langsung terhadap Lazarus yang kondisinya sangat memprihatinkan. Di sinilah letak kesalahan dari orang kaya itu. la tidak berbuat kebaikan yang wajib untuk dilakukannya.
Orang menjadi berdosa bukan saja karena berbuat kejahatan tetapi juga karena tidak berbuat kebaikan yang sanggup dilakukannya. Apalagi orang kaya itu selalu menampilkan kemewahan, kekayaan dan kesenangan.
Pembacaan dalam Lukas 16:19-31 mengingatkan kita semua yang mempunyai kemampuan terutama orang-orang kaya untuk dapat menolong sesama yang miskin dan menderita apalagi mereka yang nyata-nyata berada di depan mata. Tuhan sama sekali tidak melarang orang untuk menjadi kaya. Tuhan tak pernah memusuhi orang kaya. Justru Tuhanlah yang telah memberi berkat sehingga orang dapat menjadi kaya dan menikmati buah dari kerja kerasnya. Namun yang tidak dikehendaki Tuhan adalah jika seseorang memanfaatkan kekayaannya hanya untuk kesenangan diri sendiri.
Namun jangan juga niat untuk membantu sesama dibungkus dengan sebuah modus. Memberikan donasi kepada mereka yang membutuhkan namun selalu mengunggah foto atau video ke media sosial dengan tujuan untuk mencari pengakuan dari orang lain. Atau yang sekarang lagi trending, orang memberi bantuan namun memonetise lewat video di channel youtube.
Cerita tentang orang kaya dan Lazarus mengajarkan kita bahwa manusia diberikan segala petunjuk bagaimana semestinya kita menunjukkan kepedulian kepada sesama. Berdiakonia disini tidak sebatas memberi bantuan materi kepada orang miskin. Beberapa diakonia yang bisa kita lakukan seperti:
- Menyumbangkan ide/gagasan ataupun tenaga kita untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan bantuan.
- Ketika terpilih dalam kepanitiaan atau tugas pelayanan, memberi diri sepenuhnya dalam pelayanan
- Terlibat aktif dalam pembangunan rumah Tuhan dengan memberikan diri (tenaga) untuk pekerjaan pembangunan rumah Tuhan
Mari pergunakan kehidupan yang telah Tuhan berikan kepada kita untuk membantu sesama. Setidaknya ketika kita tidak bisa menjadi berkat bagi orang lain, kita tidak menjadi batu sandungan. AMIN